WISATA KEREN ABIS DI PURWOREJO GRATISSS

Rahasia Hijaunya Gunung Teges

Hai hany rindu dengan refreshing? mulai penat dan bosen sama rutinitas kalian, yuk mari piknik..... Buat anak Purworejo yang banyak sahabat Hanum rekomendasiin nih wisata kita. salah satunya ini nih "Gunung Teges".

Bicara tentang wisata Purworejo, bola mataku langsung bergerak ke sisi kanan atas, berfikir mau share yang mana ya? Yang ini, yang itu, wah banyak juga ternyata. Purworejo itu seperti buah durian (buah ini icon Purworejo juga lho), buahnya sih tidak terlalu besar tapi di dalamnya menyimpan gumpalan-gumpalan kenikmatan. Kenikmatan apalagi kalau bukan destinasi wisatanya itu lho?
Selain wisata pantai seperti Jatimalang, Ketawang dan masih banyak yang berjajar disana, Purworejo juga punya keindahan lain seperti Goa Seplawan, Sungai Bogowonto, Hutan Bakau, Curug/Air Terjun Silangit, Hutan Pinus, Geger Menjangan, Masjid Agung dengan bedug terbesarnya dan masih banyak yang lainnya. Kalau ada yang suka berenang di Purworejo juga ada kolam renang Artha Tirta, Alam Tirta, SAC (Sumber Adventure Center), dan lainnya. Wisata kulinernya juga tidak kalah, kita bisa nikmati berbagai ragam kuliner di Alun-alun Purworejo saat sore tiba atau jam-jam sarapan. Purworejo juga punya beberapa makanan khas seperti clorot dan kue lompong,
 
Nah itu dia rahasia publik tentang Purworejo. Kalau yang satu ini saya yakin masih menjadi rahasia yang cukup dalam, “Gunung Teges”. Hayo siapa yang sudah tahu tempatnya tunjuk tangan...
Wisata alam Gunung Teges (begitu saya menyebut nama tempat wisata favorit ini karena nama yang lebih valid saya kurang tahu) ini ada di kecamatan Kemiri. Aksesnya gampang kok. Saya dan adik tersayang cukup mengendarai sepeda motor untuk menuju ke tempat ini beberapa bulan yang lalu. Waktu itu baru pertama kali kami kesana dan sebenarnya tidak tahu ada rahasia keindahan ini. Rutenya dari jalan kutoarjo-Purworejo berhenti sejenak di traffic light terminal Kutoarjo. Yang dari arah Purworejo langsung ambil kanan,  kalau dari arah kebumen ambil kiri. Lurus saja sampai Alun-alun Kemiri yang tidak jauh dari Pasar Kemiri. Nah dari Pasar Kemiri maju terus pantang mundur ke arah utara sampai ketemu plang bertuliskan Gn. Teges.
Eits jangan senyum dulu, dari plang itu kita masih harus mengikuti arah panahnya yaitu ke kiri. Namanya juga gunung ya pasti jalannya berkelok-kelok. Bagi yang demen nge-trip seperti saya pasti senang menyusuri perjalanan ini. Tapi jangan khawatir, bagi pemula (maksud saya adalah yang baru suka nge-trip 6 bulan hingga 1 tahun terakhir) akses jalannya mudah kok, cukup halus jadi tak perlu banyak perjuangan.
 
Karena khawatir kelaparan akhirnya saya dan adik mampir dulu di warung untuk sekedar membeli minuman dan makanan ringan. Lanjut jalan sampai kurang lebih 15 menit dan taraaaaaa ketemu deh sama batu besar yang seperti terbelah dua oleh jalan yang saya lalui. Saya pun memutuskan berhenti untuk melihat sekitar karena spotnya indah banget untuk jeprat-jepret. Nah batu besar yang terbelah oleh jalan ini menurut warga yang saya tanyai yang kebetulan lewat, konon katanya bernama “Watu Belah” yang artinya “Batu  terbelah”. 
Semakin penasaran, sepeda motor saya parkir ditepian jalan lalu saya dan adik melangkahkan kaki untuk mencari kedahsyatan tempat ini. Dan benar saja di depan Watu Belah kami lihat hamparan hutan pinus yang hijau dan segar. Satu, dua, tiga.... yup kami lari kearah hutan dan pasti bisa ditebak. Langsung jepret kanan jepret kiri.
Tempat ini masih sepi mungkin karena belum banyak pecinta alam yang tahu jadi hutannya pun masih segar, rapi, dan bersih dari sampah-sampah. Lelah berfoto ria kami kembali ke sepeda motor yang kami parkir untuk menikmati perbekalan. Setelah perut terganjal, timbul lagi deh rasa rakus untuk berfoto. Kami cari lagi spot yang aduhai. Dan WOW kami menemukan batu besar yang dari sana kita bisa melihat lekukan demi lekukan pegunungan yang mengelilingi kita. Hijau, segar dan ditambah suara-suara alam membuat suasana nyaman yang tak bisa diungkapkan lewat kata-kata. Super indah pokoknya, dan saya rasa tidak kalah dengan keindahan yang disuguhkan batu pandang yang ada di Dieng Plateau.
Serasa menemukan mutiara di dalam kerang yang kami makan saat sarapan, kami tak mau melewatkan kelezatan yang menantang ini. Jepret dikit, jepret lagi, jepret terus sampai lupa waktu deh. Bagaimana tidak? Bau tumbuhan, bau cengkeh, suara burung, udara yang semilir seakan mengurung kami agar tidak beranjak dari tempat ini.
Tapi sudah cukup siang dan terik untuk tetap tinggal. Sebenarnya karena cacing-cacing yang berdomisili di perut ini sudah protes juga maka kami putuskan untuk turun gunung. Setelah lahap menyantap makan siang dan membuka kembali galeri foto (hasil karya kami yang amatiran, berbekal kamera ecek-ecek dan nihil dalam dunia fotografi), hati ini langsung menyatakan ingin datang lagi dan harus mengajak teman yang lain.
Tak lama setelah itu kami pun datang kembali, tapi sayang sepertinya upload kami di sosial media sudah mengundang banyak peminat, jadi agak kotor  deh alamnya. Jadi kali ini saya rekomendasikan tempat ini untuk semua sahabat Purworejo dan yang dari luar Purworejo juga tentunya. Tapi jangan nyampah apalagi merusak alam ya. Nah untuk pemerintah masukan dari saya, mungkin akan menjadi sumber pemasukan Purworejo kalau tempat ini bisa dikelola dengan baik. Mari kita jaga dan explore wisata Purworejo lainnya agar semakin dikenal dunia.
LESTARIKAN WISATA PURWOREJO. KALAU BUKAN KITA, SIAPA LAGI?

Comments

Popular posts from this blog

Metode Dakwah

Kuliner Purworejo

Analisis Jurnal Traksaksi Akuntansi pada KSU MIKAT AL KHIDMAH